Kumpulan Puisi Untuk Ibu Tercinta

Posted by Hello Word on Sunday, December 25, 2011

Cerita Bunda 

Bunda,
tahukah kau apa yang kutunggu?
katakanlah,
akulah tokoh dalam dongengmu,
ksatria yang kau puji,
bersenjatakan nurani,
yang menepati janjinya pada bumi.

Mengenai perahu yang tak kunjung menepi,
pantaskah untuk dinanti?
biarkan dia menjemput nasibnya,
serupa dengan retaknya tanah kering,
serta merta akan menutup kembali,
oleh deru hujan,
sahabatnya sang petir.

Bunda,
Malin Kundang telah menjadi batu,
akankah usai ceritamu?
Lalu bagaimana dengan harapanku,
untuk membangun istana berdinding salju,
yang menyejukkan hati semua manusia,
seperti di negeri dalam dongengmu.



Asal Ibu Senang

Khusuk hening dalam tahajjudmu,
tertengadah dan merunduk dalam keihlasan,
menghiasi malammu yang sepi merajuk,
tiada beban yang melingkar di pundakmu,
semua kau luruhkan untukku,
anakmu.

Ibu, walau di matamu,
selamanya aku adalah ranting kecil,
yang kau khawatirkan patah ditiup angin,
dan kau cemaskan akan rapuh dan lemahku,
tapi sesungguhnya aku ingin merindang,
melindungimu dari sedih nestapa.

Andai aku dipanggilNya lebih dulu,
aku ingin selalu datang ke bumi setiap malam,
bergayut di sayap malaikat pembawa rahmat,
yang menjinjing seribu salam indah dari surga,
untukmu,
ketika air matamu menetes di atas sajadah.

Aku ingin berlebihan di hadapanmu,
untuk menutup kekuranganku,
walau harus kupaksakan,
tapi tak apalah,
asal Ibu senang,
karena kesenangamu adalah nyawaku.


Kasur Kapuk

Mak, aku pulang,
seperti biasa,
tolong siapkan air hangat di tungku,
buat aku mandi malam ini.

Kulihat kasur kapuk itu mulai lapuk,
dua warnanya berubah menjadi tiga,
oleh bocoran atap yang tak rapat.
Biarlah esok aku yang menambalnya.

Mak, harusnya kau tak lagi bekerja,
menguras tenaga untuk bisa belanja,
biarlah kupikul kayu bakar itu,
agar punggungmu tak lagi membiru.

Mak, kalaulah aku menagis,
tangisku itu hanya untukmu,
kalaulah aku meratap,
jangan pernah kau menatap.

Mak, aku malu jadi anakmu.
setiap saat melihat dukamu,
tapi tak pernah kudengar rintihmu,
walau nestapa enggan beranjak darimu.


Untuk Ibu

Ibu, wajah berserimu itu sekarang kulihat tua.

Tubuh tegarmu itu sekarang mulai melemah.

Sinar mata yang tajam saat memarahiku dulu,

kini tak pernah lagi kulihat.


Ibu, Aku rindu marahmu

Cubit lenganku lagi sampai berwarna merah

Merahkan juga telingaku dengan kritik tajammu

Lakukan saja apapun yang kau mau padaku

Kau injak kepalakupun kan kuserahkan dengan tersenyum


Ibu, aku bukanlah siapa-siapa di depanmu.

Yang dulu tak pernah bisa ke mana-mana,

tanpa meringkuk di gendonganmu.

Sekarang masih seperti dulu, Bu.

Aku hanya seonggok daging kecil,

yang tak pernah bisa bernafas tanpa kasihmu


Ibu, sudah berapa kali aku melukaimu?

Pasti sudah hilang kan catatanmu?

Sedangkan aku masih memiliki catatan-catatan bodohku,

yang merasa telah kau kecewakan.


Ibu, Dapat kuhitung dengan jari tanganku,

berapa kali aku membuatmu tersenyum,

berapa lembar kain yang pernah kubeli untukmu

Tak banyak kan?

Tapi kenapa kau tak pernah meminta?


Ibu, aku takut kau tinggalkan aku,

karna aku memang tak pernah siap kau tinggalkan.

Aku sangat membutuhkan teguranmu

Aku ingin melihatmu setiap pagi
Artikel Terkait
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Kumpulan Puisi Untuk Ibu Tercinta ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://arisfourtofour.blogspot.com/2011/12/kumpulan-puisi-untuk-ibu-tercinta.html

Bookmark and Share