Sedikitnya 300 anak perempuan di India diduga dioperasi kelaminnya menjadi pria atas permintaan keluarga. Sejumlah dokter pun dituding melakukan operasi itu atas permintaan orang tua yang ingin memperbaiki keadaan ekonominya.
Pemerintah Daerah Madhya Pradesh, India, melakukan investigasi terhadap 300-an kasus operasi kelamin. Para dokter itu diduga menerima bayaran Rp 27 juta lebih untuk setiap operasi kelamin.
Seperti yang dilaporkan oleh The Telegraph, Senin, 27 Juni 2011, pegiat hak anak dan perempuan mengutuk praktik tersebut sebagai kegilaan sosial yang menghina perempuan India.
Masyarakat di India lebih memilih anak laki-laki antara lain dengan melakukan pengguguran kandungan pada bayi perempuan. Mereka khawatir anak perempuan akan menjadi beban ekonomi mereka dengan biaya pernikahan yang tinggi maupun biaya mahar yang mahal. Sekarang ini terdapat tujuh juta lebih anak laki-laki usia di bawah tujuh tahun dibandingkan perempuan yang jumlahnya lebih sedikit.
Para pegiat menyatakan bahwa anak-anak perempuan di India tidak aman walaupun mereka tidak diaborsi dan berhasil dilahirkan. Praktik operasi kelamin ini terungkap setelah media melaporkan bahwa anak-anak di India dioperasi oleh dokter di Indore, Madhya Pradesh.
Para dokter membantah investigasi tersebut dengan menyatakan para anak perempuan yang dioperasi itu memiliki kelainan kelamin. Mereka dikirim ke klinik oleh orang tuanya untuk menjalani operasi 'perbaikan'. Hanya anak yang lahir dengan dua alat kelamin saja yang bisa dioperasi. Namun, para pegiat menyatakan orang tua dan dokter salah dalam melakukan identifikasi kelamin dengan mengubah kelamin dari perempuan menjadi laki-laki.
Operasi itu dikenal dengan sebutan genitoplasty, yakni dengan membentuk penis dari organ perempuan kemudian anak disuntik hormon laki-laki. Dokter VP Goswami, Presiden Akademi Paediastrik India di Indore, menyatakan temuan kasus itu sangat mengejutkan. Ia mengingatkan kepada orang tua bahwa operasi itu bisa mengakibatkan anak mereka mandul dan tidak subur ketika mereka dewasa.
"Genitoplasty itu memungkinkan dilakukan pada bayi normal, baik laki-laki atau perempuan, tetapi organ itu nantinya tidak akan tumbuh normal dengan pengaruh hormonal," katanya. Goswami menyatakan akan menindaklanjuti temuan ini. Ia memperingatkan para orang tua untuk mempertimbangkan dampak sosial psikologis terhadap anak yang menjalani operasi kelamin.
Pemerintah Daerah Madhya Pradesh, India, melakukan investigasi terhadap 300-an kasus operasi kelamin. Para dokter itu diduga menerima bayaran Rp 27 juta lebih untuk setiap operasi kelamin.
Seperti yang dilaporkan oleh The Telegraph, Senin, 27 Juni 2011, pegiat hak anak dan perempuan mengutuk praktik tersebut sebagai kegilaan sosial yang menghina perempuan India.
Masyarakat di India lebih memilih anak laki-laki antara lain dengan melakukan pengguguran kandungan pada bayi perempuan. Mereka khawatir anak perempuan akan menjadi beban ekonomi mereka dengan biaya pernikahan yang tinggi maupun biaya mahar yang mahal. Sekarang ini terdapat tujuh juta lebih anak laki-laki usia di bawah tujuh tahun dibandingkan perempuan yang jumlahnya lebih sedikit.
Para pegiat menyatakan bahwa anak-anak perempuan di India tidak aman walaupun mereka tidak diaborsi dan berhasil dilahirkan. Praktik operasi kelamin ini terungkap setelah media melaporkan bahwa anak-anak di India dioperasi oleh dokter di Indore, Madhya Pradesh.
Para dokter membantah investigasi tersebut dengan menyatakan para anak perempuan yang dioperasi itu memiliki kelainan kelamin. Mereka dikirim ke klinik oleh orang tuanya untuk menjalani operasi 'perbaikan'. Hanya anak yang lahir dengan dua alat kelamin saja yang bisa dioperasi. Namun, para pegiat menyatakan orang tua dan dokter salah dalam melakukan identifikasi kelamin dengan mengubah kelamin dari perempuan menjadi laki-laki.
Operasi itu dikenal dengan sebutan genitoplasty, yakni dengan membentuk penis dari organ perempuan kemudian anak disuntik hormon laki-laki. Dokter VP Goswami, Presiden Akademi Paediastrik India di Indore, menyatakan temuan kasus itu sangat mengejutkan. Ia mengingatkan kepada orang tua bahwa operasi itu bisa mengakibatkan anak mereka mandul dan tidak subur ketika mereka dewasa.
"Genitoplasty itu memungkinkan dilakukan pada bayi normal, baik laki-laki atau perempuan, tetapi organ itu nantinya tidak akan tumbuh normal dengan pengaruh hormonal," katanya. Goswami menyatakan akan menindaklanjuti temuan ini. Ia memperingatkan para orang tua untuk mempertimbangkan dampak sosial psikologis terhadap anak yang menjalani operasi kelamin.
Artikel Terkait